Berdasarkan studinya, konsep satanisme ataupun penyembahan setan dalam lirik maupun saat tampil di panggung hanyalah ‘kreativitas’ dari para band-bandmetal terdahulu.
Lantaran band metal terus berkembang dan makin banyak,sebagian orang pun ‘memelintirnya’ sehingga menganut paham seperti itu. ”Ini sebenarnya penjajahan carabaru yang digunakan zionis dan kaum sekuler untuk menjauhkan anak-anak muda dari agama,” menurut (ombat) vokalis dari band tengkorak grind core.
Anehnya, mereka justru menciptakan sebuah sistem yang memuja minuman keras, seks bebas, dll. ”Metal yang tadinya militan, saat ini tidak lagi militan karena kecemplung ke dunia hedonis. Kami ingin membuat metal menjadi militan lagi, tapi militan yang benar, ” tambah Ombat.
Anti-kemapanan!!
bukan sekadar untuk mengubah wajah metal atau dunia underground , tetapi juga mencoba untuk menyadarkan anak-anak muda yang mulai mengenal metal untuk tidak terjerumus ke dunia kelam yang pernah mereka lakoni.
"Kamihanya ingin menyelamatkan masa depan anak-anak ini. Moralbangsa bisa rusak kalau anak mudanya jauh dari agama",
‘Misi’ itu juga yang menghadirkan ‘salam metal’ yang berbeda. Bukan dua tiga jari seperti dulu, melainkan satujari. Namun, kata Ombat, ”Salah kalau dibilang komunitas metal satu jari, yang benar salam satujari. Lha wong yang ikut bukan hanya metal, ada rap, rock, sertagrind core .”
Mereka bergabung untuk berdakwah lewat beragam genre musik ”Tujuan kami hanya membuat pilihan.
Sebuah pilihan yang benar ketika saat ini pilihannya cuma satu, yaitu setan semua,” ucap Ombat atau Mohammad Hariadi Nasution,vokalis band Tengkorak yang berdiri sejak tahun 1993, setelah dikorelasi dandi pelajari, ia dan kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas ‘Salam Satu Jari’ memutuskan tidak lagi mengangkat dua jari, tetapi satu jari.
Bagi OMBAT (vocalis band tengkorak, makna satu jari lebih kepada ketauhidan. ”Salam satu jari intinya kita selaku umat Muslim selalu ingat akan Allah Yang Maha Esa, laaillaha illallah , bahwa kita hanya membela Islam tidak yang lain,” ujarnya.
Untuk Andri S, yang memiliki nama panggung Salameh Hamzah,konser musik yang mereka lakukan bisa dibilang dakwah jalur lambat. ”Cara seperti ini tak bisa langsung mengena, tetapi secara bertahap,” ungkapnya.
Bagi Ombat, hanya dengan cara inilah mereka bisa menyadarkan kaum muda underground dari segala pengaruh buruk. Bila suara pemuka agama tidak lagi didengar, sudah saatnya mereka sendiri yang harus bergerak”. Sebenarnya ini strategi perang ideologi dan musik menjadi wadah untuk melawan sekaligus bertahan,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment